Kamis, 26 Januari 2012

PRINSIP HIDUP DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SESEORANG

Sepenggal kisah ini terjadi pada seorang kawan saya ketika masih duduk di bangku SMA antara kurun tahun 2006 sampai 2008 lalu yang masih membekas pada benak dan hati nurani saya hingga saat ini untuk dijadikan sebagai salah satu pengalaman hidup yang sangat berarti karena sangat memberikan pelajaran tentang kehati – hatian serta kecermatan dalam memilih dan menemukan jati diri pada diri seorang remaja yang mulai mencari arah hidupnya kelak. Menimbulkan sebuah pemikiran sederhana yang mulai menghinggapi saya untuk mulai menata arah hidup dengan berusaha menemukan figur faham yang jelas setelah melihat pengalaman ini.


Saat itu Dia dihadapkan untuk memilih antara pola dinamis atau idealis. Karena hanya dua faham itu yang Dia lihat bisa membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik, namun tentu sesuai dengan keinginannya masing – masing. Dengan landasan seperti itu, Dia mulai menjajaki keduanya karena keyakinan dalam menemukan serta mempertahankan prinsip hidup baginya adalah mutlak diperlukan untuk menemukan jati diri seseorang tersebut. Wujud dari pembelajaran itu Dia praktekan dengan cara mempelajari, ikut serta dalam aktifitas yang dilakukan bahkan meniru pola pikir orang – orang yang memegang hidup dengan pola prinsip yang saya sebutkan tadi. Dengan cara yang seperti itulah Dia mengenal keduanya.
Pertama, Dia mengenal apa itu pola dinamis. Penafsiran pertama adalah bagaimana seseorang mampu mengintrepetasikan perilaku yang senantiasa berbeda dan cenderung menemukan jalannya sendiri dari kebiasaan orang pada umumnya, dari situlah akan banyak memunculkan ide tiap hari. Awalnya Dia sepakat untuk ikut sepenuhnya dalam paham tersebut. Mulai dari mengikuti trend jiwa kepemudaan seperti OSIS, membentuk sebuah group band dengan maksud selain menyalurkan hobi bermusik, juga untuk melatih pola pikir yang Dia yakini saat itu mampu melatih kreatifitas otak kanan, selain tujuan lain yakni agar tampak keren sebagai anak SMA.
Sampai – sampai terbesit untuk membeli satu set alat musik kesukaan yang bisa dibilang tidaklah murah untuk sesuatu hal yang dibeli oleh anak SMA umunya. 

Disitulah perdebatan antara anak dan orang tua terjadi. Dia sendiri tetap mempertahankan pendapat bahwa apa yang diperbuat tidaklah sia – sia kemudian hari. Namun orang tua sangat menentang karena dianggapnya barang itu hanya akan merusak mental dan akan banyak mengganggu pembelajaran formal di sekolah. Maklumlah, kedua orang tuanya dilahirkan, dibesarkan dalam lingkungan pendidik, bahkan sampai berprofesi sebagai tenaga pendidik pula. Mereka menyinggung ide kawan saya tersebut untuk membeli alat itu adalah kekonyolan pemikiran sesaat. “Pikirkan saja pelajaran sekolah, tak usah macam - macam”. Itulah kalimat yang sering dilontarkan kepadanya setiap waktu sesaat setelah Dia meminta ijin untuk menghadirkan alat musik itu ke dalam rumah.

Beberapa hari Dia sempat mencoba untuk meminta ijin membelinya, namun tetap saja jawabannya, “tidak”. Bahkan semakin Dia meminta, orang tua juga akan terus membandingkan pencapaian nilai akademisnya dengan beberapa kegiatan di sekolah yang sama sekali dianggap tidaklah mendukung proses pembelajaran seperti ekskul olahraga, maupun kegiatan OSIS.

Didesak semacam itu, lama – lama tidak tahan juga Dia mendengarnya. Disamping Dia tidak ingin mengecewakan orang tua yang menaruh harapan besar pada anaknya, Dia putuskan untuk menghapus nilai dinamis itu untuk dialihkan pada metode kedua yaitu paham idealisme. Awalnya berat untuk menyesuaikan diri karena Dia telah terlanjur meresapi nilai – nilai kedinamisan tersebut. Aggapan Dia untuk beralih paham adalah karena melihat orang tua yang ingin melihat anaknya berkembang sesuai dengan harapan, yaitu harapan yang wajar sesuai dengan umur dan yang terpenting tidak “macam - macam”, dan yang terpenting Dia pikir, paham baru ini akan selaras dengan pemikiran kedua orang tuanya.

Melihat hatinya yang melunak untuk tidak meminta hal – hal yang dianggap tidak wajar itu, Orang Tuanya sering menganjurkan untuk selalu mendekatkan diri pada yang Kuasa karena itulah sebagai landasan yang paling benar dalam menapaki jalan kehidupan bukan hal lain. Dia menurut saja dengan apa yang dianjurkan tersebut dengan mengikuti berbagai ceramah keagamaan. Sampai suatu peristiwa yang menurutnya mengerikan tentang pandangan hidup datang kepada Kawan saya tersebut, yaitu ketika Dia terlalu semangatnya untuk mengikuti beberapa bentuk media pengajian, tanpa melihat asal usul basisnya.

Suatu saat Dia diundang oleh salah satu jamaah pengajian untuk mengikuti majelis taklim yang didirikan oleh suatu kelompok tertentu. Berlatar belakang membutuhkan jamaah yang lebih serius untuk memperjuangkan agama. Dengan nada semangat Dia mengiyakannya tanpa berpikir akan diarahkan kemana. Dalam forum itulah Dia dibuat yakin mulai dari Keesaan Tuhan, Hakekat hidup, sampai pada pengorbanan untuk melakukan jihad dengan sepenuhnya. Awalnya Dia merasa tertarik untuk mencoba meresapi apa yang ingin disampaikan dan menuangkan dalam praktek dunia nyata.

Namun pada suatu kesempatan setelah Dia menjadikan agenda mengikuti forum itu sebagai sebuah kebutuhan, muncullah hal - hal yang mulai mencurigakan menyeruak ke dalam batinnya sehingga membuat bingung apakah yang disampaikan itu juga sesuai dengan ajaran agama atau syariah Islam pada umumnya. Mulai dengan anggota jamaah yang hanya terbatas, pelaksanaan pengajian pada sebuah tempat tertutup tepatnya dalam sebuah kediaman yang seluruh pintunya dikunci seolah olah merahasiakan kegiatan tersebut, sampai dengan penafsiran Kitab suci oleh penyampainya dengan seenaknya sendiri tanpa disertakan dan dikaitkan dengan referensi ayat lain atau dari Imam – imam yang umum dikenal di Indonesia.

Saat itulah pengakuannya kepada saya, Dia mulai sadar bahwa akan direkrut dan menjadi target untuk dijadikan anggota tetap komunitas gelap tersebut yang menurutnya merupakan aliran Islam sesat. Perasaan Dia itu dikuatkan bahwa setelah beberapa kali Dia mangkir dari ajakan forum itu lagi. Komunitas itu selalu membujuk melalui telepon, mencari dengan mendatangi rumah, sekolah, sampai mengikuti jejak kegiatan yang Dia lakukan. Sampai – sampai Dia membohongi orang tua bahwa pemuda yang sering datang ke rumah hanya ingin bertemu dengan Dia namun dirinya terus mengelak karena orang dimaksud adalah orang yang menawarkan bisnis multi level marketing. Akan tetapi selang waktu yang cukup lama karena Dia tidak merespon untuk kembali lagi pada forum itu, akhirnya mereka menyerah juga untuk memaksa lagi.

Dengan kejadian tersebut Dia menceritakan pada orang tua apa yang telah dialami dan dirasakan, dan sesaat setelah cerita itu orang tua sangat prihatin dan mengatakan pada Dia bahwa apapun yang dilakukan berkaitan dengan prinsip atau pandangan hidup seharusnya lebih dikomunikasikan dahulu, dan yang terpenting bahwa “Kedua paham tersebut memang benar dapat berpengaruh pada kepribadian seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, namun bukannya diterapkan mentah begitu saja, harus pintar dalam mengadaptasikan keduanya disesuaikan pada waktu, tempat, dan situasi yang berbeda” Itulah inti nasehat bijak yang disampaikan orang tua.

Petuah itu yang menjadi pedomannya untuk bersikap lebih moderat dalam menghadapi permasalahan hidup. Dia menerapkannya sampai saat ini, memang belum terlihat hasilnya akan tetapi saya yang mengikuti perkembangan Dia yakin dan percaya bahwa ketika prinsip moderat masih Ia pegang teguh, maka di kemudian hari Dia akan memetik buah dari prinsip yang demikian itu jika diterapkan secara konsisten dan konsekuen. – Tersaji -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar